Bicara soal monolog, mungkin performance yang satu ini cukup efektif apabila dijadikan salah satu ice breaking dalam suatu acara, apalagi apabila yang datang merupakan para remaja dan remaji. Dalam monolog, kita bisa mengungkapkan apa yang ada dalam benak kita sedetil mungkin. Apalagi di dalam monolog, kita bisa saja mengungkapkan segala hal dengan bahasa yang kita inginkan. Bisa dengan bahasa yang formal, bahasa yang cenderung sifatnya digunakan dalam komunikasi sehari-hari dengan teman, bahkan diungkapkan dengan bahasa diary sekalipun. secara De Facto, tidak akan ada yang melarang dan melanggar kan..?
So, buatlah versi monologmu seunik mungkin, sesuai dengan apa yang hendak kamu raih dari disampaikannya monolog tersebut. Ohya jangan lupa ya.. kalau bisa monolognya jangan sampai melanggar rambu-rambu hukum syara'.
Nah, di bawah ini ada salah satu contoh monolog. Monolog tersebut menceritakan kegalauan dan kebingungan seorang remaja dalam mengenal dirinya sendiri. Notabenenya, monolog tersebut dibuat dalam rangka mengisi Ice breaking dalam acara Move_On RSC (Remaja Smart Club) [HTI], Yogyakarta. Monolog tersebut dibuat dengan tujuan sebagai pengantar bagi para peserta (remaji) yang baru saja menyelesaikan babak diskusi dan akan memasuki babak pemaparan materi. Langsung aja yuk.. semoga bermanfaat kawan ^_^
Who Am I...?!
Teman-teman, aku ini remaja. Kalian juga remaja
kan? Nah, mumpung kita lagi ngumpul-ngumpul ngobrol bareng, aku ingin ngomongin
sesuatu nih. Gini, kadang aku itu lupa sama diriku sendiri. Jujur lho, aku
kadang gak tahu aku ini siapa. Mungkin
itu kali ya yang orang maksud “remaja yang lagi cari jati diri”.
Tapi aku sendiri masih bingung, sebenernya remaja
itu apa dan siapa sih? Memang bener gak sih masa remaja itu, masa yang paling
pas untuk senang-senang? Bener gak sih kalau masa remaja itu masa yang paling
pas untuk main-main bareng temen? Apa tugas remaja cuma itu aja? Atau, ada yang
lain? Duh, tugasnya remaja itu apa? Ohya, tapi kalau kata orang tuaku sih,
tugas remaja itu ya belajar, biar waktu besar nanti dapat pekerjaan yang mapan.
Bener gak sih? Apa ternyata ada tugas yang lain?
Oh iya, tentang
remaja, aku jadi ingat perkataan salah satu guruku. Katanya ya, remaja itu
pemegang estefet kepemimpinan bangsa ini. Aku juga gak terlalu faham sih apa
maksudnya. Tapi kata guruku, nasib bangsa nanti bergantung di tangan kita. Nasib
baik buruknya bangsa ini tergantung apa yang sudah kita lakukan kemarin, dan
apa yang akan kita lakukan kedepannya. Katanya ya, nanti di antara kita akan
ada yang jadi presiden. Di antara kita juga nanti akan ada yang menjadi
pejabat-pejabat negara. Ih,
kedengerannya serem ya?
Tapi kadang aku mikir. Apa kita harus kayak mereka
yang katanya doyan korupsi? Atau, harus kayak mereka yang katanya lebih doyan
ngasih kekayaan alam ke pihak asing daripada rakyatnya sendiri? Ih, tapi masa
sih kita harus kayak gitu? Terus, kalau gak kayak gitu, kita harus kayak apa
dong?
Tapi kalau aku pikir-pikir, sanggup gak sih kita
ngurusin bangsa ini? Orang ngurusin diri sendiri aja kadang masih gak bener.
Memang, apa sih yang harus kita lakukan biar kita sanggup mimpin bangsa? Apa
cukup dengan belajar di sekolah? Atau, cukup menjadi orang yang senang shoping,
ngumpul bareng bicara ngalor-ngidul, nongkrong sana nongkrong sini? Cukup
kah?Aku bingung. Kita itu sebagai remaja harus kayak gimana sih? Kita itu
sebagai remaja harus ngelakuin apa? Siapa yang bisa kita jadiin panutan? Orang
tua kita? Guru di sekolah? Pembina di pramuka dan semacamnya? Kakak-kakak
alumni sekolah? Atau, temen-temen kita di sekolah? Penyanyi dan pemain film
yang jadi idola kita? Aduh, aku gak tahu mana yang benar. Kita itu harus jadi
orang yang kayak apa?
Aku bingung. Gak ada yang bisa jawab semua
pertanyaan aku ini. Aku tanya sana-sini, panjang lebar kali tinggi, kayaknya
aku gak pernah dapat jawaban yang memuaskan. Aku tanya bapakku, mamahku,
kakakku, paman, tante, guru sekolah, dan bahkan kayaknya kalau aku tanya
penyanyi idolaku pun, aku gak akan dapat jawaban yang memuaskan. Pol-polnya
orang tuaku jawab gini; ikuti aja apa yang ada di sekolah, InsyaAllah kamu
nanti jadi pribadi yang baik. Dapat perkerjaan yang mapan, biaya hidupmu
terpenuhi.
Tapi jujur,
aku agak ragu dengan nasihat itu. Di sekolah, aku hanya dikasih segudang materi
yang sifatnya cendeung teoritis. Akhir-akhirnya, aku diminta menjawab setumpuk
soal dari ringkasan setiap teori yang aku dapatkan di kelas. Kadang aku mikir.
Apa sekolah itu cuma ingin siswa-siswinya menjadi orang yang pandai menjawab
soal pilihan ganda? Toh setelah ulangan, karena gak ngerti aku mempelajari itu
untuk apa, akhirnya ujung-ujungnya juga lupa deh. Tapi, apakah memang benar
seharusnya remaja yang baik itu seperti itu?
Semua pertanyaan itu malah membuatku semakin
bingung. Aku tidak menemukan jawaban
yang pas dari semua pertanyaan itu. Aku gak tahu aku harus jadi sosok
yang seperti apa. Aku gak tahu apa yang harus aku lakukan. Alhasil, mau gak
mau, aku jalani hari-hari sesuai dengan irama yang berjalan di antara atmosfer
sekolah. Ngalir. Sebenernya bagiku ini juga rumit sih. Soalnya, kalau aku
perhatiin, irama di sekolah juga sangat bermacam-macam. Temenku juga
macam-macam.
Ada yang pintar, tapi asyik dengan dunianya
sendiri. Ke mana-mana bawa buku. Dan parahnya lagi kadang jalan aja sambil baca
buku. Hm, bacanya sih ya positif. Tapi gimana coba kalau sembari jalan. Ngelewatin orang yang kesulitan, butuh
bantuan, ya dia cuek aja.
Ada juga temen yang doyan ngobrol ngalor-ngidul,
cekakak-cekikik. Pokoknya, kalau ngelihat mereka lagi ngobrol, kayaknya asyik
banget. Tapi sayangnya, mereka cuma mau berteman ketika kita sedang senang aja.
Kalau misalkan kita lagi sedih, galau, marah, mereka nanti ngejauhin kita deh.
Ada juga
temenku yang kaya dan senang berbagi lagi. Sedikit-sedikit, ajak traktir. Tapi
ya sayangnya, gak semua orang mau dia temenin. Sayangnya sih itu, plus kalau
lagi ngumpul bareng sekelas, dia cenderung sombong. Sayang sekali kan?
Ada juga
temenku yang hobi berorganisasi. Ikut OSIS, pramuka, dan organiasasi-organisasi
lainnya. Setahuku, mereka terkenal dengan siswa yang super sibuk. Saking
sibuknya mereka, biasanya ibadahnya super kendor. Sayangnya sih gitu.
Ada juga yang
update banget sama info-info seputar artis. Mungkin saking nge-fans nya kali ya
mereka juga sering nempelin foto-foto dan nama-nama idola mereka di
barang-barang kesukaan mereka. Tuh kan, saking nge-fans nya mereka, mereka sampai-sampai
sering lupa sama jati diri sendiri.
Ada juga temen
yang tipenya super friendly. Mereka punya hobi jalan-jalan muterin kota.
Pulang-pulang malem deh. Tapi ya itulah sisi negatifnya. Belajarnya jadi kurang banget deh.
Ya.. itulah teman-temanku. Macam-macam kan?
Sebenernya masih banyak banget sih macam-macam tipe mereka. Tapi masa iya aku
sebutin satu per satu. Nah, kan. Kalau iya aku milih jadi orang yang ngalir,
ngikutin arus yang ada, tetep aja aku ngerasa harus milih jadi orang yang kayak
apa. Kan tipe temen-temenku banyak banget tuh, makanya aku harus milih mau jadi
kayak temen yang mana. Nah, kalau masalah milih-memilih kayak gini nih, aku
selalu kebingungan. Gimana enggak, orang sama jati diri sendiri aja aku kadang
masih bingung.
Hm, aku pikir,
aku ini butuh panutan sih. Aku butuh orang yang layak aku tiru. Aku butuh orang
yang bisa ngarahin aku, ngasih tahu aku; ini benar dan ini salah, juga yang
terpenting bisa ngertiin aku sebagai seorang remaja yang kadang masih bingung
sama jati diri sendiri. Bener gak?
Tapi itu sih aku. Kalau kamu?
#monolog_dalam_acara_Move.On_HizbutTahrir_Jogja
Terima kasih sudah menulis ini. rupanya aku tidak sendiri mengalami masa remaja yang sangat membingungkan ini.
BalasHapus