Selasa, 13 Januari 2015

Menghindari Penyesalan: Think Before Act



Penyesalan.
Selalu datang di akhir. Membawa sebuah luka. Membuat yang didatanginya menginginkan waktu kembali berputar. Dan sudah terbukti, dia akan datang tanpa meminta permisi terlebih dulu kepada siapa pun yang hendak didatanginya. Dan apabila dia telah hadir, maka tidak ada seorang pun yang mampu menolak kehadirannnya.

Sebelum kita bahas lebih dalam lagi terkait hal yang satu ini, saya teringat kisah penyesalan salah seorang arsitek. Saya fikir, kisah ini termasuk salah satu kisah yang cukup masyhur. Mungkin terdapat beberapa perbedaan aktor dan sebagainya dalam kisah ini. Namun yang terpenting di sini ialah alur dari kisah tersebut. Langsung saja..





Suatu masa, hiduplah seorang arsitek.
Arsitek yang yang satu ini terkenal dengan sikapnya yang senang bekerja keras. Apabila dihadapkannya sebuah kerjaan (proyek), maka ia akan mengerjakannya dengan sigap dan tanggap, dan tentunya sebaik mungkin. Dia  tidak pernah mengeluh, apalagi melalaikan proyek yang telah diterimanya. Alhasil, dia mencetak rekor sebagai seorang arsitek yang selalu tepat waktu dalam menjalani tugasnya, juga senantiasa melakukan apa yang telah diperintahkan kepadanya dengan sebaik mungkin.
Hal ini tentu membuatnya begitu istimewa di hadapan sang bos. Sang bos meminta rekan-rekannya untuk meneladani sikapnya yang senang bekerja keras. Sang bos juga tidak jarang memberinya beberapa uang tips karena sikapnya itu.
Hingga pada suatu saat, tibalah masanya sang arsitek akan menghadapi waktu-waktu pensiun. Telah dibayangkannya waktu dimana ia mampu bersenang-senang bersama keluarga tanpa adanya lagi proyek-proyek pembangunan yang menghantuinya. Telah diimpikannya sebuah waktu dimana ia bisa terus-menerus beristirahat sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan jingganya sinar matahari yang hendak terbenam. Dan masih banyak lagi impian yang hendak diwujudkannya selepas setelah ia memasuki masa pensiun. Hal itu membuatnya tidak sabar lagi mengalami masa pensiun.
Namun sebelum melepas kepergiannya, sang bos secara khusus memberikannya satu kali lagi proyek sebagai penutup masa kerjanya. Ia diminta membangun sebuah rumah yang luasnya, konsepnya, hingga hal-hal semacamnya; dialah yang menentukan. Sedangkan sang bos akan memberinya dana, berapa pun itu. Menurut sang bos, proyek itu adalah sebuah proyek istimewa untuknya.
Tapi sayang, bayang-bayang akan indahnya masa dimana ia akan pensiun membuatnya lupa akan sikapnya yang istimewa. Ia lupa akan dirinya yang senantiasa bekerja keras. Ia lupa akan dirinya yang selalu melakukan segala hal dengan sebaik apapun yang ia bisa. Ia lupa akan sikapnya yang terus-menerus dibanggakan sang bos, sehingga sang bos meminta rekan-rekannya untuk meneladani sikapnya tersebut, yang dengan itu pula sang bos terus-menerus dan tidak jarang memberinya beberapa uang tips. Bayangan masa pensiun telah membuatnya buta akan sosok dirinya sendiri.
Karenanya, ia enggan membuat proyek –yang menurut sang bos istimewa- menjadi istimewa. Semuanya serba pas-pasan dan serba seadanya. Bahkan apabila diperhatikan lebih jauh lagi, proyek kali ini merupakan seburuk-buruknya proyek yang telah ia kerjakan selama ia bekerja.
Pada proyek kali ini, ia fikir, apapun yang ia lakukan tidak akan pernah membuatnya rugi. Dan ia fikir, pada proyek kali ini, apapun yang ia laukukan tidak akan pernah membuatnya beruntung. Everything is okay.
Namun kenyataan membuktikan bahwa angapannya salah. Bahkan nyaris salah 100%. Sang bos yang baik hati menyatakan proyek tersebut merupakan proyek yang istimewa karena hasil dari proyek tersebut merupakan tempat tinggal untuknya di masa pensiunnya nanti. Istimewa karena seperti apapun rumah yang diinginkannya, maka sang bos dengan tangan terbuka akan membiayai segalanya. Sang bos menyerahkan segalanya padanya; mulai dari rancangan dasar hingga hal-hal sepele. Namun dengan catatan, sang bos tidak memberitahukannya terlebih dahulu; agar semuanya menjadi kejutan yang lebih mengejutkan.
Maka apa boleh buat.
Rumah yang dirancangnya dengan serba seadanya dan serba pas-pasan akan menjadi tempat tinggalnya selama ia pensiun nanti. Penyesalan pun akhirnya tiba. Peyesalan yang tidak pernah ia undang. Penyesalan yang tidak pernah ia persilahkan uantuk hadir pun akhirnya juga tiba. Penyesalan yang menyisakan sebuah sakit dan luka. Penyesalan yang terus menghantuinya. Penyesalan yang membuatnya terus-menerus berandai-andai; “Andaikan waktu bisa diputar. Aku akan mengerjakan proyek tersebut sebaik mungkin. Tidak seperti apa yang telah aku lakukan sekarang.”
Bayangkan apabila engkau adalah sang arsitek..
Masa pensiun bagimu ialah masa dimana engkau dipanggil oleh-Nya..
Masa kerjamu ialah masa pengabdianmu kepada-Nya.
Dan bosmu ialah Tuahnmu.


Mungkin apa yang telah saya kisahkan sebelumnya tidak sama persis dengan apa yang telah diceritakan oleh banyak orang. Namun yang akan saya garis bawahi ialah alur dari kisah tersebut. Dimana sang arsitek melakukan apa yang mebuatnya menjadi begitu menyesal. Dan bisa diperhatikan lebih detail lagi, dalam kisah tersebut, saya tidak pernah menyebutkan kata ‘penyesalan’ maupun anak-cucunya pada awal maupun tengah cerita. Saya amneyebutkan kata tersebut hanya pada akhir cerita. Karena apa? Karena penyesalan memang selalu datang di akhir. Begitulah fakta membuktikan.

Mungkin dan pasti, terdapat masih banyak lagi contoh dari penyesalan-penyesalan tersebut. Mulai dari seorang anak kecil yang menyesal ketika melanggar nasihat orang tua, seorang pelajar yang menyesal ketika tidak mengerjakan PR, seorang mahasiswa yang menyesal ketika sering melalaikan skripsinya, seorang pegawai yang menyesal ketika datang terlambat pada rapat, dan masih banyak lagi.

Namun nyatanya, semua itu tidak mampu membuktikan bahwasanya tiada orang yang mampu menghindari kehadirannya. Masih ada sebagian orang yang mereka itu mampu menolak kehadirannya. Siapakah mereka itu..?

Mereka itulah orang yang senantiasa berfikir sebelum bertindak. Juga mempertimbangkan segala tindakan yang hendak dilakukannya; apakah itu sesuai hukum syara ataukah tidak, apakah itu akan mendatangkan pahala ataukah dosa baginya, apakah itu akan memberikannya manfaat ataukan mudharat (kerugian) baginya, apakah itu akan merugikan orang di sekitarnya ataukah tidak, apakah itu akan memberikan efek samping yang positif ataukah negatif di masa yang akan datang.

Apabila kita telah memikirkan apa yang akan kita lakukan secara matang, insyaAllah hal itu akan meminimalisir datangnya penyesalan. Maka point-point yang perlu kita perhatikan di sini ialah:
1.      Apakah yang kita lakukan semata-mata untuk pengabdian kepada-Nya (Yang Maha Pencipta) ataukah semata-mata hanya untuk kesenangan duniawi yang sifatnya fana, juga hal-hal yang merupakan keturunannya.
2.      Apakah yang kita lakukan itu sesuai dengan hukum syara ataukah malah melanggar hukum syara.
3.      Apakah yang kita lakukan akan memberikan dampak yang positif bagi kita ataukah malah memberikan dampak yang negatif; baik itu dilihat dari waktu jangka pendek maupun jangka panjang.
4.      Apakah itu akan menguntungkan orang lain ataukah malah merugikan juga mencelakai ataupun menyakiti orang lain; baik itu dilihat dari waktu jangka pendek maupun jangka panjang.
5.      Apakah apabila kita malakukan itu akan malah membuahkan sebuah masalah baru ataukah tidak.

Nah, dengan berfikir serta mempertimbangkan banyak hal sebelum melakukan sesuatu, maka insyaAllah hal itu akan menjauhkan kita dari kata penyesalan. InsyaAllah, hal itu akan meminimalisir datangnya penyesalan yang biasa datang tanpa permisi.

Namun ingat, manusia hanyalah manusia yang memiliki keterbatasan. Tidak semua hal yang manusia harapkan akan otomatis menjadi kenyataan. Mungkin manusia mampu menghindari datangnya penyesalan. Mungkin, manusia mampu meminimalisir kemungkinan datangnya penyesalan. Namun tetap saja pada faktanya, ada kenyataan di mana terjadilah sebuah fenomena yang sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh faktor manusia, dan mungkin saja pada fenomena tersebut muncul sebuah penyesalan. Seperti siapakah keluarga kita, seperti apakah bentuk wajah dan tubuh kita, sampai umur berapakah kita akan hidup, dan lain semacamnya.

Sebagai contoh, seorang anak yang lahir dalam keadaan cacat fisik. Ia menyesali kelahirannya. Ia menyesal telah lahir dari rahim ibunya. Ia berfikir, “aku menyesal terlahir di dunia ini. Andai saja waktu bisa diputar, aku akan memilih untuk tidak lahir di dunia ini karena aku tahu apabila aku lahir maka aku akan terlahir dalam keadaan cacat”. Atau, “aku menyesal terlahir dari rahim ibuku itu. Andai saja aku bisa memilih, aku tidak akan memilih lahir dari rahim ibuku itu. Aku akan mencari ibu yang lain sehingga aku tidak dilahirkan dengan kondisi yang cacat seperti sekarang, namun dalam kondisi normal.”

Itulah contoh kasus wilayah di luar kekuasaan manusia, yang tidak boleh kita sesali. Itulah yang seiring kita sebut sebagai qodlo. Baik maupun buruknya, kita wajib mengimani itu. Maka untuk perkara-perkara yang dia itu termasuk qodlo, maka kita tidak boleh menyesalinya. Kita harus menerimanya, baik ataupun buruk; karena itulah qodlo (keputusan dari Allah yang sama sekali tidak bisa kita hindari apalagi kita tinggalkan).

Maka akhir kata,
Kita harus bisa membedakan kondisi di mana memang benar-benar kita boleh menyesal ataukah tidak. Dan dalam perkara yang ada dalam wilayah kekuasaan kita, kita harus bisa sebaik mungkin menghindari atau meminimalisir datangnya penyesalan, yakni dengan berfikir sebelum bertindak. Dan apabila memang tiba saatnya di mana memang penyesalan sudah benar-benar datang, maka kita tidak boleh terus terlarut dalam penyesalan itu. Lupakan apa yang telah kita lakukan di masa lalu, namun jangan pernah melupakan pelajaran yang bisa kita ambil darinya. Gunakan itu di hari esok. Dan jangan pernah membiarkan diri kita kembali terjerumus ke dalam penyesalan yang sama.


Penyeslan memang tidak bisa ditolak kedatangannya...
Namun berbahagialah apabila engkau kini masih menyesal...
Daripada engkau kini bersalah dan tidak menyesal...

Dan berbahagialah apabila engkau kini menyesal dan sadar..

Daripada di hari akhir nanti engkau baru menyesal...[sns]


(HR. ad-Dailani)

0 comment:

Posting Komentar

Dengan senang hati kami menerima komentar dari para pembaca yang terhormat.
Komentar yang diberikan merupakan sebaik-baiknya masukan untuk blog ini kedepannya.

 

Catatan si Pengelana Template by Ipietoon Cute Blog Design