Penyesalan.
Selalu datang di akhir. Membawa
sebuah luka. Membuat yang didatanginya menginginkan waktu kembali berputar. Dan
sudah terbukti, dia akan datang tanpa meminta permisi terlebih dulu
kepada siapa pun yang hendak didatanginya. Dan apabila dia telah hadir, maka
tidak ada seorang pun yang mampu menolak kehadirannnya.
Sebelum kita bahas lebih dalam lagi
terkait hal yang satu ini, saya teringat kisah penyesalan salah seorang arsitek.
Saya fikir, kisah ini termasuk salah satu kisah yang cukup masyhur. Mungkin
terdapat beberapa perbedaan aktor dan sebagainya dalam kisah ini. Namun yang
terpenting di sini ialah alur dari kisah tersebut. Langsung saja..
Suatu masa, hiduplah seorang arsitek.
Arsitek yang yang satu ini terkenal dengan sikapnya yang senang
bekerja keras. Apabila dihadapkannya sebuah kerjaan (proyek), maka ia akan
mengerjakannya dengan sigap dan tanggap, dan tentunya sebaik mungkin. Dia tidak pernah mengeluh, apalagi melalaikan
proyek yang telah diterimanya. Alhasil, dia mencetak rekor sebagai seorang
arsitek yang selalu tepat waktu dalam menjalani tugasnya, juga senantiasa
melakukan apa yang telah diperintahkan kepadanya dengan sebaik mungkin.
Hal ini tentu membuatnya begitu istimewa di hadapan sang bos. Sang
bos meminta rekan-rekannya untuk meneladani sikapnya yang senang bekerja keras.
Sang bos juga tidak jarang memberinya beberapa uang tips karena sikapnya
itu.
Hingga pada suatu saat, tibalah masanya sang arsitek akan menghadapi
waktu-waktu pensiun. Telah dibayangkannya waktu dimana ia mampu
bersenang-senang bersama keluarga tanpa adanya lagi proyek-proyek pembangunan
yang menghantuinya. Telah diimpikannya sebuah waktu dimana ia bisa
terus-menerus beristirahat sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan jingganya
sinar matahari yang hendak terbenam. Dan masih banyak lagi impian yang hendak
diwujudkannya selepas setelah ia memasuki masa pensiun. Hal itu membuatnya
tidak sabar lagi mengalami masa pensiun.
Namun sebelum melepas kepergiannya, sang bos secara khusus
memberikannya satu kali lagi proyek sebagai penutup masa kerjanya. Ia diminta membangun
sebuah rumah yang luasnya, konsepnya, hingga hal-hal semacamnya; dialah yang
menentukan. Sedangkan sang bos akan memberinya dana, berapa pun itu. Menurut
sang bos, proyek itu adalah sebuah proyek istimewa untuknya.
Tapi sayang, bayang-bayang akan indahnya masa dimana ia akan pensiun
membuatnya lupa akan sikapnya yang istimewa. Ia lupa akan dirinya yang
senantiasa bekerja keras. Ia lupa akan dirinya yang selalu melakukan segala hal
dengan sebaik apapun yang ia bisa. Ia lupa akan sikapnya yang terus-menerus
dibanggakan sang bos, sehingga sang bos meminta rekan-rekannya untuk meneladani
sikapnya tersebut, yang dengan itu pula sang bos terus-menerus dan tidak jarang
memberinya beberapa uang tips. Bayangan masa pensiun telah membuatnya
buta akan sosok dirinya sendiri.
Karenanya, ia enggan membuat proyek –yang menurut sang bos istimewa-
menjadi istimewa. Semuanya serba pas-pasan dan serba seadanya. Bahkan apabila
diperhatikan lebih jauh lagi, proyek kali ini merupakan seburuk-buruknya proyek
yang telah ia kerjakan selama ia bekerja.
Pada proyek kali ini, ia fikir, apapun yang ia lakukan tidak akan
pernah membuatnya rugi. Dan ia fikir, pada proyek kali ini, apapun yang ia
laukukan tidak akan pernah membuatnya beruntung. Everything is okay.
Namun kenyataan membuktikan bahwa angapannya salah. Bahkan nyaris
salah 100%. Sang bos yang baik hati menyatakan proyek tersebut merupakan proyek
yang istimewa karena hasil dari proyek tersebut merupakan tempat tinggal
untuknya di masa pensiunnya nanti. Istimewa karena seperti apapun rumah yang
diinginkannya, maka sang bos dengan tangan terbuka akan membiayai segalanya. Sang
bos menyerahkan segalanya padanya; mulai dari rancangan dasar hingga hal-hal
sepele. Namun dengan catatan, sang bos tidak memberitahukannya terlebih dahulu;
agar semuanya menjadi kejutan yang lebih mengejutkan.
Maka apa boleh buat.
Rumah yang dirancangnya dengan serba seadanya dan serba pas-pasan
akan menjadi tempat tinggalnya selama ia pensiun nanti. Penyesalan pun
akhirnya tiba. Peyesalan yang tidak pernah ia undang. Penyesalan
yang tidak pernah ia persilahkan uantuk hadir pun akhirnya juga tiba. Penyesalan
yang menyisakan sebuah sakit dan luka. Penyesalan yang terus
menghantuinya. Penyesalan yang membuatnya terus-menerus berandai-andai;
“Andaikan waktu bisa diputar. Aku akan mengerjakan proyek tersebut sebaik
mungkin. Tidak seperti apa yang telah aku lakukan sekarang.”
Bayangkan apabila engkau adalah sang arsitek..
Masa pensiun bagimu ialah masa dimana engkau dipanggil oleh-Nya..
Masa kerjamu ialah masa pengabdianmu kepada-Nya.
Dan bosmu ialah Tuahnmu.
Mungkin apa yang telah saya kisahkan
sebelumnya tidak sama persis dengan apa yang telah diceritakan oleh banyak
orang. Namun yang akan saya garis bawahi ialah alur dari kisah tersebut. Dimana
sang arsitek melakukan apa yang mebuatnya menjadi begitu menyesal. Dan
bisa diperhatikan lebih detail lagi, dalam kisah tersebut, saya tidak pernah
menyebutkan kata ‘penyesalan’ maupun anak-cucunya pada awal maupun tengah
cerita. Saya amneyebutkan kata tersebut hanya pada akhir cerita. Karena apa?
Karena penyesalan memang selalu datang di akhir. Begitulah fakta membuktikan.
Mungkin dan pasti, terdapat masih
banyak lagi contoh dari penyesalan-penyesalan tersebut. Mulai dari seorang anak
kecil yang menyesal ketika melanggar nasihat orang tua, seorang pelajar yang
menyesal ketika tidak mengerjakan PR, seorang mahasiswa yang menyesal ketika
sering melalaikan skripsinya, seorang pegawai yang menyesal ketika datang
terlambat pada rapat, dan masih banyak lagi.
Namun nyatanya, semua itu tidak mampu
membuktikan bahwasanya tiada orang yang mampu menghindari kehadirannya. Masih
ada sebagian orang yang mereka itu mampu menolak kehadirannya. Siapakah mereka
itu..?
Mereka itulah orang yang senantiasa
berfikir sebelum bertindak. Juga mempertimbangkan segala tindakan yang hendak
dilakukannya; apakah itu sesuai hukum syara ataukah tidak, apakah itu akan
mendatangkan pahala ataukah dosa baginya, apakah itu akan memberikannya manfaat
ataukan mudharat (kerugian) baginya, apakah itu akan merugikan orang di
sekitarnya ataukah tidak, apakah itu akan memberikan efek samping yang positif
ataukah negatif di masa yang akan datang.
Apabila kita telah memikirkan apa
yang akan kita lakukan secara matang, insyaAllah hal itu akan meminimalisir datangnya
penyesalan. Maka point-point yang perlu kita perhatikan di sini ialah:
1.
Apakah
yang kita lakukan semata-mata untuk pengabdian kepada-Nya (Yang Maha Pencipta)
ataukah semata-mata hanya untuk kesenangan duniawi yang sifatnya fana, juga
hal-hal yang merupakan keturunannya.
2.
Apakah
yang kita lakukan itu sesuai dengan hukum syara ataukah malah melanggar hukum
syara.
3.
Apakah
yang kita lakukan akan memberikan dampak yang positif bagi kita ataukah malah
memberikan dampak yang negatif; baik itu dilihat dari waktu jangka pendek
maupun jangka panjang.
4.
Apakah
itu akan menguntungkan orang lain ataukah malah merugikan juga mencelakai
ataupun menyakiti orang lain; baik itu dilihat dari waktu jangka pendek maupun
jangka panjang.
5.
Apakah
apabila kita malakukan itu akan malah membuahkan sebuah masalah baru ataukah
tidak.
Nah, dengan berfikir serta
mempertimbangkan banyak hal sebelum melakukan sesuatu, maka insyaAllah hal itu
akan menjauhkan kita dari kata penyesalan. InsyaAllah, hal itu akan
meminimalisir datangnya penyesalan yang biasa datang tanpa permisi.
Namun ingat, manusia hanyalah
manusia yang memiliki keterbatasan. Tidak semua hal yang manusia harapkan akan
otomatis menjadi kenyataan. Mungkin manusia mampu menghindari datangnya
penyesalan. Mungkin, manusia mampu meminimalisir kemungkinan datangnya
penyesalan. Namun tetap saja pada faktanya, ada kenyataan di mana terjadilah
sebuah fenomena yang sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh faktor manusia, dan
mungkin saja pada fenomena tersebut muncul sebuah penyesalan. Seperti siapakah
keluarga kita, seperti apakah bentuk wajah dan tubuh kita, sampai umur
berapakah kita akan hidup, dan lain semacamnya.
Sebagai contoh, seorang anak yang
lahir dalam keadaan cacat fisik. Ia menyesali kelahirannya. Ia menyesal telah
lahir dari rahim ibunya. Ia berfikir, “aku menyesal terlahir di dunia ini. Andai
saja waktu bisa diputar, aku akan memilih untuk tidak lahir di dunia ini karena
aku tahu apabila aku lahir maka aku akan terlahir dalam keadaan cacat”. Atau,
“aku menyesal terlahir dari rahim ibuku itu. Andai saja aku bisa memilih, aku
tidak akan memilih lahir dari rahim ibuku itu. Aku akan mencari ibu yang lain
sehingga aku tidak dilahirkan dengan kondisi yang cacat seperti sekarang, namun
dalam kondisi normal.”
Itulah contoh kasus wilayah di luar
kekuasaan manusia, yang tidak boleh kita sesali. Itulah yang seiring kita sebut
sebagai qodlo. Baik maupun buruknya, kita wajib mengimani itu. Maka untuk
perkara-perkara yang dia itu termasuk qodlo, maka kita tidak boleh
menyesalinya. Kita harus menerimanya, baik ataupun buruk; karena itulah qodlo
(keputusan dari Allah yang sama sekali tidak bisa kita hindari apalagi kita
tinggalkan).
Maka akhir kata,
Kita harus bisa membedakan kondisi
di mana memang benar-benar kita boleh menyesal ataukah tidak. Dan dalam perkara
yang ada dalam wilayah kekuasaan kita, kita harus bisa sebaik mungkin
menghindari atau meminimalisir datangnya penyesalan, yakni dengan berfikir
sebelum bertindak. Dan apabila memang tiba saatnya di mana memang penyesalan
sudah benar-benar datang, maka kita tidak boleh terus terlarut dalam penyesalan
itu. Lupakan apa yang telah kita lakukan di masa lalu, namun jangan pernah
melupakan pelajaran yang bisa kita ambil darinya. Gunakan itu di hari esok. Dan
jangan pernah membiarkan diri kita kembali terjerumus ke dalam penyesalan yang
sama.
Dan berbahagialah apabila engkau kini menyesal dan sadar..
Penyeslan memang tidak bisa ditolak kedatangannya...
Namun berbahagialah apabila engkau kini masih menyesal...
Daripada engkau kini bersalah dan tidak menyesal...
Dan berbahagialah apabila engkau kini menyesal dan sadar..
0 comment:
Posting Komentar
Dengan senang hati kami menerima komentar dari para pembaca yang terhormat.
Komentar yang diberikan merupakan sebaik-baiknya masukan untuk blog ini kedepannya.