Rabu, 08 Juli 2015

Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Masa Khilafah Abbasiyyah




Merupakan suatu hal yang wajib diketahui oleh seluruh kaum muslim, bahwa dulu kaum muslim pernah menjadi pioneer dalam bidang keilmuan dan teknologi. Maka harapannya, berangkat dari pemaparan fakta yang tidak seberapa ini, kaum muslimin bisa membuka mata dan pikirannya, serta termotivasi untuk kembali menjadi kaum yang mendunia dan memimpin perkembangan ilmu pengetahuan di bidang apapu. Selamat membaca!
A.   Bidang Kedokteran
Pemerintah Abbasiyyah menaruh perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan ilmu kedokteran, juga pelayanannya kapada masyarakat. Mereka membangun apotek pertama, mendirikan sekolah farmasi pertama, dan menghasilkan buku daftar obat-obatan pertama. Selain itu, di masa kekhalilfahan ar-Rasyid, beliau mendirikan sebuah rumah sakit untuk pertama kalinya, yang dilengkapi dengan perpustakaan kedokteran, ruang khusus perempuan, gudang obat-obatan dan menawarkan kursus pengobatan.
Pada abad 8-9 H, peradaban islam juga memberikan kiprah yang cukup besar dalam hal penerjemahan karya-karya kedokteran yang ada di era sebelumnya. Selain menerjemahkan, mereka juga memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam disiplin ilmu kedokteran. Sebagai contoh, kaum muslimin juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal anatomi mata. Seperti Yuhanna ibn Masawayh (seorang Nasrani) dan Hunayn ibn Ishaq.
Yuhanna Ibnu Masawayh
Hunayn Ibnu Ishaq

ar-Razi

Setelah masa penerjemahan, perdaban islam juga melahirkan para penulis hebat di bidang kedokteran. Di abad ke-9 H, ada sosok Abu Bakr Muhammad ibn Zakariyya ar-Razi, yang mendapat julukan “dokter muslim terbesar dan penulis paling produktif”. Ia merupakan seorang kepala dokter yang juga merupakan orang pertama yang menemukan konsep seton dalam operasi. Selain itu, beliau mampu menulis 113 buku tebal dan 28 buku tipis. Salah satu artikelnya yang terkenal ialah artikel yang membahas bisul dan cacar air, yang menjadi catatan klinis pertama dalam hal tersbeut. Salah satu karyanya yang terkenal ialah Kitab ath-Thibb al-Manshuri yang tebalnya seperti buku 10 jilid. Dan salah satu karya utamanya ialah al-Hawi, sebuah ensiklopedi kedokteran yang merangkum pengetahuan seluruh ilmu kedokteran dari Yunani, Persia, Hindu dan Arab.

Selain itu ada Ali ibn Sahl Rabban ath-Thabari yang meruakan dokter pribadi al-Mutawakkil dan penulis buku berjudul Firdaus al-Hikmah yang menjadi daftar obat-obatan tertua dalam bahasa Arab. Terdapat pula sosok Ali ibn Abbas yang menulis kitab Kamil ash-Shina’ah ath-Thibbiyyah, yang merupakan kamus ilmu dan praktik kedokteran. Beliau juga terkenal sebagai penemu konsep sistem pemmbuluh darah kapiler dan konstraksi otot rahim di saat persalinan.
Ali Ibnu Sahl Rabban Ath-thabari
Ibnu Sina
Kemudian masih di abad yang sama, hiduplah sosok Abu Ali al-Husayn ibn Abdullah, atau lebih dikenal sebagai Ibnu Sina. Di masa mudanya, beliau mampu menyembuhkan Nuh ibn Manshur, seorang Sultan Dinasti Samaniyah. Sebuah riwayat mengatakan bahwa ia berhasil menghasilkan lebih dari 200 karya tulisan. Karyanya yang paling terkenal ialah al-Qanun fi ath-Thibb yang mampu menggantikan kitab penulis sebelumnya. Dalam buku tersebut terdapat sekitar 760 jenis obat-obatan. Dalam kitab tersebut, beliau juga memaparkan perbedaan dua jenis pembengkakan paru-paru, mengenali potensi penyebaran penyakit pernafasan memalui air dan debu, dan masih banyak lagi.
Di abad ke-11 H, terdapat sosok Ali ibn Isa yang menjelaskan 130 macam penyakit mata dalam kitabnya Tadzkirah al-Kahhalin. Juga sang penulis risalah pertama terkait kuda, yakni Ya’qub ibn Akhi Hizam. Dan masih banyak lagi.

B.    Bidang Astronomi dan Matematika
Ibrahim al-Fazari
Pada abad 8-9 H, kaum muslimin mulai melakukan penerjemahan kitab-kitab astronomi terdahulu. Seperti kitab Siddhanta yang diterjemahkan oleh Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari dan kitab Almagest yang diterjemahkan oleh al-Hajjaj ibn Mathar dan Hunayn ibn Ishaq.
Pada sekitar tahun 830-831 H, Khalifah Al-Ma’mun mendirikan sebuah observatorium –dengan supervisor Sind ibn Ali dan Yahya ibn Abi Manshur- di Baghdad, tepatnya di pintu masuk Syammasiyah dan di Bukit Kasiyun, di luar Baghdad. Pada sekitar tahun 830-850 H terdapat pula obsevatorium di Baghdad, tepatnya di rumah Musa ibn Syakir yang dioperasikan oleh anak-anaknya sendiri. Satu abad setelahnya, pada sekitar tahun 982-989, Syaraf ad-Dawlah, Sultan Dinasti Buwayhi mendirikan sebuah observtorium di Baghdad, -dengan supervisor Abdurrahman As-Sufi, Ahmad Ash-Shaghani dan Abu Al-Wafa- dan di Rayy, yang dioperasikan oleh Abu Ja’far al-Khazin. Satu abad kemudian, pada tahun1075 H, Jalal Ad-Din Maliksyah juga mendirikan observatorium di Rayy.
Abu Al-Wafa
Abu Jafar al-Khazin
Observatorium-observatorium tersebut tidak sekedar digunakan sebagai sarana pengamatan gerak benda langit secara sitematis dan saksama. Observatorium tersebut juga digunakan sebagai sarana pengujian berbagai teori penting yang terdapat di dalam sumber rujukan ilmu seputar astronomi. Oleh karenanya, dari observatorium itulah lahir berbagai hasil koreksi dalam penghitungan yang lebih akurat, seperti dalam hal sudut ekliptik bumi, ekuaski kubik, ketepatan lintas matahari, besar ukuran bumi, luas permukaan bumi, besar keliling bumi  dan lain sebagainya.
Pada masa kekhilafahan Abbasiyah, terdapat banyak sekali ahli astronomi yang memberikan kontribusi besar dalam ilmu astronomi. Di abad 9 H, terdapat Abu al-Abbas Ahmad al-Afghani yang menulis kitab al-Mudkhil ila ‘Ilm Hay’ah al-Aflak. Kemudian ada Abu Abdullah Muhammad ibn jabir al-Battani, seorang peneliti astronomi yang banyak mengoreksi beberapa kesimpulan ilmu astronomi terdahulu. Ada pula sosok Abu Masy’ar yang merupakan penemu hukum pasang surut laut yang berhubungan dengan muncul dan tenggelamnya bulan.

al-Battani
Kemudian di abad yang sama terdapat sosok tokoh utama yakni Muhammbad ibn Musa al-Khawarizmi. Selian menciptakan tebl astronomi tertua, beliau juga menciptakan karya terkait aritmetika dan aljabar, berjudul hisab al-Jahr wa al-Muqabalah yang dilengkapi dengan 800 contoh. Dari beliau, muncul juga seorang matematikawan terkenal yakni Umar al-Khayyam, yang menindak lanjuti pembahasan matematika Khawarizmi melalui geometri dan aljabar.
al-Khawarizmi
Umar al-Khayyam
al-Biruni




Di abad ke 10 H, terdapat Abu ar-Rayhan Muahmmad ibn Ahmad al-Biruni yang menulis kitab al-Qanun al-Mas’udi fi al-Hay’ah wa an-Nujum. Beliau juga menulis kitab al-tafhim li Awa’il Shina’ah al-Tanjim yang berisi rumus-rumus geometri, aritmatika, astrnomi dan astrologi.





Nashruddin ath-Thusi


Pada abad ke 11 H, hiduplah sosok Abu Bakr Muhammad Al-Karaji yang menulis Kitab Al-Kafi fi al-Hisab dan sosok Ahmad an-Nasawi yang menulis kitab al-Muqni fi al-Hisab al-Hindi. Pada abad ke 13 H, terdapat seorang Nashr ald-Din ath-Thusi yang menyusun sebuah tabel astronomi yang disebut al-Zij al Il-Khani.


C.     Bidang Geografi
Tsabit bin Qurah
Pada abad 7-9 H, kaum muslimin sendiri telah melakukan lintas geografi yang cukup jauh, meliputi dataran Cina dan Rusia di Asia Utara dan pantai-pantai di Afrika bagian selatan. Terdapat sosok si saudagar kaya, Sulayman at-Tajir. Dari beliau lah sampai berita bahwa masyarakat Cina yang telah menggunakan cap jempol sebagi tanda tangan. Ada juga sosok si pelaut Sindbad. Juga sosok Ahmad ibn Fadhlan ibn Hammad.
Kitab geografi terdahulu pun diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, seperti Tsabit ibn Qurah yang menerjemahkan kitab Geography karya seorang Yunani. Kitab terjemahan beliau lah yang akan menjadi batu lompatan bagi karya-karya setelahnya, speprti kitab Surah al-Ardh karya al-Khawarizmi. Selanjutnya, kitab tersebut pun menjadi rujukan bagi kitab-kitab di masa setelahnya.
Pada abad ke 9-10 H, Ibn Khurdadzbih mulai menulis kitab yang berisi tempat-temat penting berjudul al-Masalik wa al-Mamalik, yang juga merupakan buku penunjuk jalan. Kemudian muncul juga Ibn Wadhih al-Ya’qubi yang menulis Kitab al-Buldan. Kitab tersebut membahas karakteristik topografi dan ekonomi setiap negeri. Dengan judul yang sama, Ibn al-Faqih al-Hamadani menulis sebuah buku yang berisi ilmu geografi lengkap. Kemudian pada abad sama, terdapat juga buku al-Kharaj yang dituis oleh Qudamah dan kitab al-Alaq an-Nafisah yang ditulis oleh seorang Persia bernama Ibn Rusthah.
Kemudian di kalangan bangsa Arab terdapat al-Ishthakhri yang menulis kitab Masalik al-Mamalik. Sistem geografi yang tersusun di dalamnya lebih terpusat pada wilayah-wilayah Islam. Selain itu, muncul juga sosok Ibn Hawqal yang menulis ulang kitab al-Isthakh

ri, kemudian menambahkan beberapa revisi peta Spanyol yang telah dikunjunginya. Kemudian tidak lama berselang dari itu, terbitlah sebuah karya yang memukau yakni Ahsan at-Taqasim fi Ma’rifah al-‘Aqalim, karya al-Maqdisi. Kitab tersebut merupakan catatan perjalanannya selama 20 tahun ke seluruh negeri islam kecuali Spanyol, Sijistan dan India.
karya Al-Istakhri

karya Ibnu Hawqal

Yaqut ibn Abdullah al-Hamawi

Pada tahun yang sama, muncul lah kitab yang meliputi ilmu tentang Semenanjung Arab Islam dengan judul al-Iklil dan Shifah Jazirah al-Arab yang dibuat oleh al-Hasan ibn Ahmad al-Hamdani. Seperti beliau, pada masa tersebut terdapat sosok al-Mas’udi dan Ikhwan ash-Shafa, sang penjelajah dunia.
Kemudian di akhir masa kekhilafahan Abbasiyyah, terdapat sosok legendaris Yaqut ibn Abdullah al-Hamawi. Belaiu menulis sebuah kamus geografi yang berjudul Mu’jam al-Udaba. Pada masa itu, buku tersebut bagaikan sebuah ensiklopedi geografi yang begitu berharga yang memuat informasi sejarah, geografi, etnografi dan ilmu pengetahuan alam. Buku tersebut pun disusun menurut alfabet nama tempat yang dibahas di dalamnya.




D.   Bidang Kimia
Jabir ibn Hayyan

Membahas bidang ilmu pengetahuan kimia di masa peradaban islam, khususnya di masa Abbasiyah tidak akan lepas dari pembahasan Jabir ibn Hayyan yang dijuluki sebagai bapak Kimia Arab. Beliau lah orang yang mengatakan urgensi eksperimen secara lebih terperinci daripada para kimiawan sebelumnya. Di antara banyak karyanya, kitab az-Zi’baq asy-Syarqi yang membahas hal-hal terkait air raksa menjadi sebuah karya yang cukup fenomenal. Kitab mampu menjadi sebuah rujukan yang paling berpengaruh di dalam perkembangan ilmu kimia setelahnya baik itu di Eropa maupun di Asia. Beberapa peninggalan bersejarahnya ialah koreksinya terhadap metode penguapan, sublimasi, peleburan dan kristalisasi. Salah satu fokus penelitiannya ialah ia berusaha mengetahui formula khusus yang dapat mengubah logam biasa seperti besi, seng dan tembaga menjagi emas.
Dan mayoritas ahli kimia setelahnya mengklaim bahwa kepada beliau lah mereka berguru. Dan apa yang telah ditemukan oleh ahli kimia setelahnya tidak lain hanyalah pelengkap bagi konsep dasar kimia yang telah dikemangkan oleh Jabir ibn Hayyan. Mereka adalah ath-Thughra’i, Abu al-Qasim al-‘Iraqi, dan masihh banyak lagi.
Pada cabang pembahasan mineral, kaum muslimin juga pernah menorehkan tinta emasnya. Terdapat sekitar 50 jenis batu berharga di dalam kitab-kitab kaum muslimin. Ada Utahrid ibn Muhammad al-Hasib yang menulis kitab bebatuan tertua. Ada juga Shihab ad-Din at-Tifasyi yang menulis kitab Azhar al-Afkar fi Jawahir sl-Ahjar. Kitab tersebut merupakan kitab bebatuan terbaik yang pernah kaum muslimin buat. Di dalamnya terdapat klasifikasi 24 jenis batu berharga, wilayah geografisnya, asal-usulnya, kemurnian, harga, dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga al-Biruni yang mampu menetukan berat jenis dari 18 macam batu dan logam berharga.

E.    Bidang Biologi
Tokoh penting dalam perkembangan ilmu zoologi dunia islam ialah Abu ‘Utsman ‘Amr ibn Bahral-Jahiz. Beliau telah menulis sebuah kitab yang terkenal yakni Kitab al-Hayawan, yang menjadi cikal bakal munculnya teori evolusi, psikologi dan adaptasi hewan.


4 comment:

  1. thnx lengkap bgt nih, aku jga dlu pas disekolah belajar ski tentang ke khalifahan abbasiah cmn gk sedetail ini, ada sebagian penemu nya yg baru saya tau, btw thx 4 share...
    oiya salam kenal ya, add fb aku donk mngkin aja kita jodoh.

    BalasHapus
  2. @enas
    beberapa ilmuwan yang saya sebutkan hanyalah sebagian kecil dari banyaknya ilmuwan yang berasal dari kalangan kaum muslim. Masih terdapat banyak lagi ilmuwan-ilmuwan muslim, yang saat ini terlupakan, atau malah sengaja untuk dilupakan. Untuk lengkapnya, bisa baca di buku "History of Arabs" karya Philip K. Hitti

    thanks for reading

    BalasHapus
  3. barusan udah searching ke mbah google, bukunya kyknya bagus trus ternyata price nya mahal euy,
    kamu punya enggak bukunya? barter yuuk, sy ada bbrpa buku & novel, ntar klo udh selesai bacanya pd balikin lgi bkunya, gmna mau enggak

    BalasHapus
  4. Mohon maaf, sy gk punya bukunya. Buku itu saya pinjam dari salah satu guru saya.

    BalasHapus

Dengan senang hati kami menerima komentar dari para pembaca yang terhormat.
Komentar yang diberikan merupakan sebaik-baiknya masukan untuk blog ini kedepannya.

 

Catatan si Pengelana Template by Ipietoon Cute Blog Design