Kegagalan.
Satu kata berarti, namun juga mengandung makna yang
begitu negatif. Mungkin begitulah gambaran kasar teman-teman sekalian apabila
mendengarnya. Sebuah kata yang mayoritas para insan di muka bumi ini membencinya.
Sebuah kata, yang mayoritas para insan di muka bumi ini menghindarinya. Satu
kata.
Namun kenyataannya, kegagalan bukanlah sesuatu yang
kemudian mengikuti keinginan para insan yang hendak menghindarinya. Tidak, dan
sama sekali tidak. Dia datang kapan saja. Dia datang di mana saja. Dia datang
bagaimana pun caranya. Dia datang kepada siapa saja. Begitulah dia, dan faka
real telah membuktikannya. Setuju atau setuju?
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, banyak manusia
yang membencinya. Banyak manusia yang menghindarinya. Kedatangannya bukanlah
sesuatu yang diinginkan, melainkan sesuatu begitu dibenci. Kedatangannya
begaikan sebuah malapetaka besar yang hendak menutup segala kemungkinan
datangnya sebuah kabar baik. Kedatangannya bak mimpi buruk di siang hari yang
tidak akan pernah membawa kebaikan barang sedikit pun. Begitulah..
Demikianlah pandangan mayoritas masyarakat terhadap
kegagalan. Buruk, dan membawa keburukan lainnya. Namun pertanyaannya, apakah
hal itu hakiki sebagai sesuatu yang buruk? Atau hanyalah setengah dari jelmaan
buruk dan baik? Atau bahkan merupakan
sesuatu yang baik dan membawa kebaikan?
Baiklah, untuk pemanasan awal, mari kita merenung
sejenak. Dikatakan, kegagalan merupakan kondisi di mana seseorang tidak mampu
mecapai target yang ia miliki. Dikatakan, kegagalan merupakan kondisi di mana
seseorang tidak mampu mencapai apa yang hendak dicapainya. Lalu pertanyaannya,
adakah manusia yang terus menerus mengalami kegagalan?
Tentu saja jawabannya tidak. Betapa malangnya nasib seseorang
yang terus menerus mengalami kegagalan. Tidak ada seorang pun yang terus
menerus mengalami kegagalan. Bukankah fakta menunjukan demikian?
Hidup ini dipenuhi dengan warna. Hidup ini begitu
beragam. Ada manis, asin, asam dan ada pula pahit. Ada moment dimana seseorang
mengalamai kebahagiaan dan adapula moment dimana seseorang mengalami
kenestapaan. Ada saatnya seseorang mengalami keberhasilan dan adapula saatnya
seseorang mengalami kesuksesan. Setuju? Harus setuju..
Bayangkan saja apabila memang benar ada seseorang yang
terus menerus mengalami kegagalan selama riwayat hidupnya. Dia seakan-akan
begitu terpuruk bukan? Terbelenggu dalam kegagalan sama saja seperti terkurung
dalam kenestapaan tanpa penghujung yang jelas. Mungkin saja kita dapati fakta
seperti itu, namun itu hanya berlaku di dunia perfilman, atau dunia sinetron
yang begitu amat diminati kalangan remaja. Sebuah drama klasikal yang
senantiasa diiringi oleh tangis, haru dan semacamnya. Baiklah, kita kembali ke
inti pemicaraan.
So, bisa dikatakan sesuatu yang mustahil jika memang ada
saja orang yang terus menerus mengalami kegagalan. Jik memang ada pun, dia
setidaknya pernah mengalami keberhasilan, walau terlupakan. Apakah itu? Contoh
mudahnya, keberhasilan ketika kecil. Bagaimana kondisi seorang insan ketika
dilahirkan? Sempurna sebagai makhluk yang belum mengetahui apapun kecuali minum
dan menangis. Bukankah begitu? Namun ketika usia lambat laun terus bertambah
seiring berjalannya waktu, sang bayi itu akan senantiasa banyak mempelajari apa
yang dikehendaki nalurinya, seperti belajar berjalan, makan, bahkan berlari dan
masih banyak lagi sehingga dia menjadi sosok insanyang normal. Bukankah itu
contoh dari ebuah keberhasilan?
Maka dapat disimpulkan, tidak ada yang namanya manusia
terus-menerus mengalami kegagalan tanpa keberhasilan sedikit pun. Tidak ada.
Yang ada hanyalah manusia yang terus-menerus merasa mengalami kegagalan –yang
pada faktanya ternyata tidak-.
Atau bisa saja yang ada hanyalah manusia yang
berkali-kali mengalami kegagalan. Nah, jika kasusnya seperti itu, hanya waktu
dan Dia-lah yang mampu menentukan. InsyaAllah, dengan adanya keistiqomahan dan
tekad yang kuat, kegagalan pun akan terus berbuah manis. Buktinya, sudah banyak
sekali tokoh-tokoh mendunia yang telah membuktikannya. Mungkin akan terlalu
panjang lebar kali tinggi bila dijabarkan satu per satu.
Oke, lalu pertanyaan beriktunya, bagaimanakah menjadikan
kegagalan sebagai titik balik sebuah kesuksesan? Bagaimanakah membuat kegagalan
berbuah manis?
Di sinilah titik terpentingnya. Di sini kita harus
mengubah cara pandang negatif yang kita miliki terhadap kegagalan. Karena
hakikatnya, kegagalan bukanlah sebuah kesialan yang terus membuahkan kesialan
yang lainnya. Sekali lagi, bukan dan bukan. Kita hanya harus berfikir positif.
Menadang bahwa kegagalan yag kia hadapi hanyalah sebuah kesempatan untuk
melakukan sebuah evalusi berikutnya. Evaluasi yang akan menghantarkan kita
menuju sosok yang lebih baik dan terbaik. Hanya itu.
Kegagalan datang bertubi-tubi, itu tidak masalah. Itu
artinya, Dia Sang Pencipta memberikan kita kesempatan lebih banyak lagi untuk
melakukan sebuah evaluasi dan terus mencoba. Dia mengizinkan kita untuk dengan
sendirinya mengetahui dimanakah letak kesalahan yang menghantarkan kegagalan,
sehingga dengan itu kita tidak berupaya untuk mengulanginya lagi.
Ingatlah, pukulan telak untuk petinju ulung. Lawan hebat
untuk petanding yang tidak kalah hebatnya. Ombak kuat untuk sang perenang. Dan
rintangan besar bagi mereka yang diizinkan untuk menjadi sosok yang besar.
Selalu catat itu.
Maka, janganlah perlu berkeluh kesah dikala kegagalan
terus menghampiri. Sekali lagi, itu hal yang biasa dan manusiawi. Kegagalan
merupaka sebuah proses untuk keberhasilan. Semakin panjang prosesnya maka
semakin banyak rintangan serta pukulan yang menghadang, dan itu artinya semakin
baik pula hasilnya.
Berjuang untuk menjadi pemenang. Jangan pernah rela untuk
menjadi yang menyerah. Selalu ikrarkan tekad dalam-dalam, dan jangan pernah
lupakan itu. Istiqomahlah, dan ingat bahwasanya imbalan telah menanti kita
sedemikian rupa sesuai dengan jerih payah yang telah kita curahkan. Dan yang
terakhir, ingat bahwa kebahagiaan hanyalah milik mereka yang mendapatkan
ridho-Nya.
Pada faktanya, melakukannya tidaklah lebih mudah dari
mengucapkannya. Melakukannya tidaklah lebih indah dari rangkaian kata penulisan
motivasinya. Sama sekali tidak, dan bahkan begitu jauh lebih sulit. Namun apa
salahnya untuk mencoba? Setidaknya, walaupun pada hakikatnya kita sebagai
manusia tidaklah memiliki kesempurnaan, namun masih banyak hal yang bisa kita
gunakan sebagai penghantar menuju kesuksesan.
Belajar untuk menjasdi sukses. Saya pun di sini merupakan
salah satu dari mereka yang mencooba untuk mendapatkan kesuksesan. Sudah banyak
sekali orang yang telah membuktikannya. Jika mereka bisa, mengapa kita tidak?
Setuju atau sangat setuju? Baiklah, mungkin cukuo sekian apa yang bisa saya bagi
kali ini. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat
.
(SNS)