Penulis : Tere Liye
Editor : Triana Rahmawati
Penerbit : Republika Penerbit
Lokasi Terbit : Jakarta
Tahun Terbit :
2015
Tebal Buku : iv+ 400 halaman ; 13.5x20.5 cm
Sebuah Kisah tentang perjalanan
pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua
kebencian dan rasa sakit.(Novel
Pulang)
Adalah Bujang, seorang bocah talang di pedalaman sumatera sana.
Karakternya sungguh unik tiada tara, karena tak ada kata takut dalam kamus
kehidupanya. Hal itu ia camkan sejak julukan “Si Babi Hutan” digenggamnya.
Singkat kata, ia melalang buana menuju Kota Kecamatan, meninggalkan
Mamaknya tercinta. Berjuang bersama keluarga Tong yang baru satu malam
dikenalnya. Bakatnya yang terpendam membuat sang kepala keluarga –disebut Tauke
Besar, pun bangga.“Akhirnya aku menemukan potongan terakhir dari seluruh
puzzle selama berpuluh tahun”, begitu kata Tauke Besar.
Bujang berkembang hebat sebagaimana kekuasaan keluarga itu
berkembang pesat. Menjadi sosok yang belum pernah terbayang sebelumnya.
Melewati berbagai latihan fisik dan ujian akademis secara bersamaan. Hidup
dengan dua sisi yang saling bertentangan. Sebagai “Si Babi Hutan”; jagal utama
keluarga Tong. Juga sebagai Bujang; pemilik gelar dua master.
Akalnya cerdas menganilisis setiap masalah yang menghampirinya. Tutur
katanya sangat mengagumkan, menggentarkan setiap lawan bicara. Juga kekuatan
yang bertumpu pada prinsip kehidupan; luar biasa.
Namun, “Hidup adalah perjalanan panjang”.
Kenyataan itulah yang ia hadapi. Bersama rekan dan keluarganya Tong
tercinta, ia melewati berbagai pertarungan menarik. Satu demi satu ia lewati.
Hingga saat itu hadir. Ketika tiga lapis benteng pertahanannya pergi.
Mengundang segala kebencian dan rasa sakit kembali. Membuatnya seakan tak
berarti.
Seperti apakah pertarungan yang harus ia hadapi? Seberat apakah
masalah yang menghampiri? Siapakah pengkhianat yang membuat semuanya pergi?
Untuk menjawab semua teka-teki, mari kita membaca novel ini J.
***
Pulang, judul dengan satu kata; sebagaimana novel Tere Liye belakangan.
Dalam novel ini Tere Liye mengajak para pembaca untuk memahami makna “pulang”.
Covernya simple nan menarik. Menggambarkan lapisan derita yang
hadir dikala fajar hadir menyingsing.
Dengan pendalaman karakter tokoh yang beragam; menggambarkan bahwa
perbedaan bukanlah rintangan. Dengan latar belakang rangkaian pertarungan;
membuktikan bahwa hidup ini adalah perjuangan. Dengan kisah pengkhianatan dan
perubahan; mengajarkan bahwa sosok baik dan buruk tidakah abadi selamanya.
Tutur penjelasannya mendalam. Tere Liya seakan benar-benar
mengalami semua yang dituangkannya dalam buku. Selain itu, alur cerita yang
maju mundur semakin membuat pembaca tergiur untuk menyingkap kisah selanjutnya.
Terlebih sudut pandang pemeran utama yang dihadirkan sebagai pihak pertama.
Beberapa quote-nya menginspirasi:
“Pertempuran
adalah pertempuran. Tidak ada ampun. Jangan ragu walau sehelai benang”
(halaman 153)
“Pemegang
pistol yang pintar, dia fokus pada misinya” (halaman 175)
“Bahwa
kesetiaan terbaik adalah pada prinsip-prinsip hidup, bukan pada yang lain.”
(halaman 187)
“Sejatinya
dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain dan itu sama
sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri” (halaman 219)
“Hidup
ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus” (halaman 262)
“Saat
kau mampu berdamai, saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran.”
(halaman 340)
“Tidak
mengapa rasa takut itu hadir, sepanjang itu baik dan menyadari masih ada yang
memegang takdir.”(halaman 343)
“Ulat
tidak pernah membayangkan dia bisa terbang, bisa bergerak secepat itu. Tapi
sekali ulat melampaui prosesnya menjadi kupu-kupu, maka dia telah membuka tabir
rahasianya. Hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.” (halaman 389)
Mankjubkan! Tere Liye berhasil menghanyutkan para pembaca dalam
kisah yang dihadirkannya. Menghayati.
Bagi saya, satu hal yang disayangkan dari karya Tere Liye; karyanya
yang menakjubkan jarang sekali disajikan dalam ilustrasi film. Bukankah itu
juga menarik?
Oke, Anda penasaran?? Semua kisah mengalir indah, dalam novel “Pulang”.
Yogyakarta, 19 Desember
2015