Kamis, 12 Februari 2015

Mengunjungi Tempat Pembuatan Tahu





Selama hampir 2 minggu di Merden, Banjarnegara, saya dan teman-teman juga mengunjungi tempat pembuatan tahu tradisioanal skala kecil. Untuk mengetahui lebih jelasnya, mari kita simak tahap-tahap pembuatan tahu berikut ini.

Pertama, kedelai yang sebelumnya telah dipersiapkan digiling oleh mesin pengggiling terebih dahulu. Kedelai pun akan hancur dan berubah menjadi cairan yang sedikit menggumpal. Warnanya putih (sedikit mendekati krem).

Setelah digiling, kedelai yang ada kemudian dimasak di atas perapian dengan suhu tinggi. Pada tempat pembuatan tahu yang kami kunjungi, perapian yang ada masih menggunakan kayu bakar. Namun usut punya usut, perapian dengan tungku api memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada perapian yang menggunakan gas sebagai bahan bakar. Sekitar 20-30 menit kemudian, rebusan bahan kedelai sudah akan mendidih (tergantung suhu dari perapian). Itu tandanya, bahan kedelai siap untuk diangkat dari perapian.



Tahap selanjutnya ialah tahap penyaringan. Bahan kedelai yang sudah dimasak kemudian dituangkan ke dalam tong besar berbentuk tabung. Namun ketika dituangkan, bahan kedelai harus melewati kain tipis terlebih dahulu, sebagai tahap penyaringan. Pada tahap ini, bahan kedelai (yang sudah direbus) yang akan dijadikan bahan tahu dipisahkan dari ampas kedelai. Tahap penyaringan kali ini tidak seperti penyaringan pada biasanya. Diperlukan sebuah gerakan khusus yakni kolaborasi antara menggerakan kain penyaring dan irama air pembilas. Hal ini dilakukan  agar bahan baku tahu benar-benar terpisah dari ampas kedelai.


Setelah tahap ini, maka akan didapati ampas kedelai terpisah dengan bahan baku tahu. Ampas kedelai tersebut bisa dijadikan bahan baku tahu gembus, pakan ternak, dan lain sebagainya.
Setelah tahap penyaringan, maka bahan baku tahu harus meewati tahap berikutnya. Bahan baku tahu yang masih tercempur dengan air pembilas (di tahap penyaringan) harus dipisahkan. Bagaimana caranya?

Sebelum dipisahkan, perlu diketaui bahwa bahan baku tahu sudah mengendap terlebih dahulu, namun tidak terpisah secara sempurna. Maka untuk memisahkan bahan baku tahu dengan air pembilas, hanya dibutukhan sebuah selang sepanjang tinggi tong (tempat tahu setelah disaring). Satu sisi mulut selang ditaruh di permukaan tong, tempat adanya air pembilas menggenang. Mulut selang tersebut ditaruh di atas sampan kecil yang terbuat dari anyaman bamboo. Hal ini dilakukan agar bahan baku tahu tidak ikut tersedot. Kemudian satu sisi mulut selang lainnya ditaruh di luat tong. Pada sisi mulut itulah, dilakukan penyedotan. Caranya cukup mudah, yakni hanya dengan menyedot sisi mulut elang tersebut dengan mulut (sebagai permulaan/pemicu), kemudian air akan keluar secara sendirinya secara terus-menerus.

Oleh karenanya, dikarenakan metode yang dilakukan cukup sederhana, maka harus ada upaya pengawasan , agar ketika air pembilas sudah habis, bahan baku tahu juga tidak ikut tersedot. Dan sebagai catatan, apabila air pembilas di dalam tong sudah sedikit, selang penyedot sudah diambil terlebih dahulu tanpa menunggu air pembilas benar-benar habis. Bila keadaanya sudah seperti itu, maka air pembilas diambil secara manual oleh tangan, menggunakan gayung berbentuk bulat pipih, yang terbuat dari batok kelapa.

Setalah itu, bahan tahu dimasukan ke dalam cetakan berbentuk persegi panjang pipih. Dindingnya terbuat dari kayu reng. Kemudian setelah bahan tahu dimasukan ke dalam cetakan, permukaannya ditutup oleh 2 lapis kain, juga kayu yang diatasnya terdapat batu besar. Hal ini dilakukan guna tahu benar-benar tercetak dengan sempurnya, dan air yang ada benar-benar terpisah.


Setelah tahu benar-benar dingin, tahu bisa dipotong dengan bentuk persegi (balok). Setelah dipotong, tahu masuk ke dalam tahap penggorengan. Namun sebelum digoreng, tahu dimasukan dahulu ke dalam air, agar antara satu tahu dan lainnya terpisah dengan sempurna.setelah itu tahu bisa digoreng.


Dan menurut tempat pembuatan tahu yang kami kunjungi, tahu tersebut digoreng dua kali secara berturut-turut. Tahu tersebut digoreng di atas tungku api dengan suhu panas tinggi. Pada penggorengan pertama, tahu dikatakan cukup apabila sudah mulai berubah warna. Dan pada penggorengan kedua, tahu dikatakan cukup apabila kulit tahu mulai mengembang dank keras.



Setelah selesai digoreng, tahu segera ditiriskan. Tahu asal Merden, Banjarnegara pun siap dinikmati. Dan terbukti, rasa tahu tersebut tidak terlalu jauh berbeda dengan cita rasa tahu semedang yang terkenal. Silahkan dicoba ^_^ [sns]

0 comment:

Posting Komentar

Dengan senang hati kami menerima komentar dari para pembaca yang terhormat.
Komentar yang diberikan merupakan sebaik-baiknya masukan untuk blog ini kedepannya.

 

Catatan si Pengelana Template by Ipietoon Cute Blog Design