Selama hampir 2 minggu di Merden, Banjarnegara, saya
dan teman-teman juga mengunjungi tempat pembuatan tahu tradisioanal skala
kecil. Untuk mengetahui lebih jelasnya, mari kita simak tahap-tahap pembuatan
tahu berikut ini.
Pertama, kedelai yang sebelumnya telah dipersiapkan
digiling oleh mesin pengggiling terebih dahulu. Kedelai pun akan hancur dan
berubah menjadi cairan yang sedikit menggumpal. Warnanya putih (sedikit
mendekati krem).
Setelah digiling, kedelai yang ada kemudian dimasak
di atas perapian dengan suhu tinggi. Pada tempat pembuatan tahu yang kami
kunjungi, perapian yang ada masih menggunakan kayu bakar. Namun usut punya usut,
perapian dengan tungku api memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada
perapian yang menggunakan gas sebagai bahan bakar. Sekitar 20-30 menit kemudian,
rebusan bahan kedelai sudah akan mendidih (tergantung suhu dari perapian). Itu tandanya,
bahan kedelai siap untuk diangkat dari perapian.
Tahap selanjutnya ialah tahap penyaringan. Bahan kedelai
yang sudah dimasak kemudian dituangkan ke dalam tong besar berbentuk tabung. Namun
ketika dituangkan, bahan kedelai harus melewati kain tipis terlebih dahulu,
sebagai tahap penyaringan. Pada tahap ini, bahan kedelai (yang sudah direbus)
yang akan dijadikan bahan tahu dipisahkan dari ampas kedelai. Tahap penyaringan
kali ini tidak seperti penyaringan pada biasanya. Diperlukan sebuah gerakan
khusus yakni kolaborasi antara menggerakan kain penyaring dan irama air
pembilas. Hal ini dilakukan agar bahan
baku tahu benar-benar terpisah dari ampas kedelai.
Setelah tahap ini, maka akan didapati ampas kedelai
terpisah dengan bahan baku tahu. Ampas kedelai tersebut bisa dijadikan bahan
baku tahu gembus, pakan ternak, dan lain sebagainya.
Setelah tahap penyaringan, maka bahan baku tahu
harus meewati tahap berikutnya. Bahan baku tahu yang masih tercempur dengan air
pembilas (di tahap penyaringan) harus dipisahkan. Bagaimana caranya?
Sebelum dipisahkan, perlu diketaui bahwa bahan baku
tahu sudah mengendap terlebih dahulu, namun tidak terpisah secara sempurna. Maka
untuk memisahkan bahan baku tahu dengan air pembilas, hanya dibutukhan sebuah
selang sepanjang tinggi tong (tempat tahu setelah disaring). Satu sisi mulut
selang ditaruh di permukaan tong, tempat adanya air pembilas menggenang. Mulut selang
tersebut ditaruh di atas sampan kecil yang terbuat dari anyaman bamboo. Hal ini
dilakukan agar bahan baku tahu tidak ikut tersedot. Kemudian satu sisi mulut
selang lainnya ditaruh di luat tong. Pada sisi mulut itulah, dilakukan
penyedotan. Caranya cukup mudah, yakni hanya dengan menyedot sisi mulut elang
tersebut dengan mulut (sebagai permulaan/pemicu), kemudian air akan keluar
secara sendirinya secara terus-menerus.
Oleh karenanya, dikarenakan metode yang dilakukan
cukup sederhana, maka harus ada upaya pengawasan , agar ketika air pembilas
sudah habis, bahan baku tahu juga tidak ikut tersedot. Dan sebagai catatan,
apabila air pembilas di dalam tong sudah sedikit, selang penyedot sudah diambil
terlebih dahulu tanpa menunggu air pembilas benar-benar habis. Bila keadaanya
sudah seperti itu, maka air pembilas diambil secara manual oleh tangan,
menggunakan gayung berbentuk bulat pipih, yang terbuat dari batok kelapa.
Setalah itu, bahan tahu dimasukan ke dalam cetakan
berbentuk persegi panjang pipih. Dindingnya terbuat dari kayu reng. Kemudian setelah
bahan tahu dimasukan ke dalam cetakan, permukaannya ditutup oleh 2 lapis kain,
juga kayu yang diatasnya terdapat batu besar. Hal ini dilakukan guna tahu
benar-benar tercetak dengan sempurnya, dan air yang ada benar-benar terpisah.
Setelah tahu benar-benar dingin, tahu bisa dipotong
dengan bentuk persegi (balok). Setelah dipotong, tahu masuk ke dalam tahap
penggorengan. Namun sebelum digoreng, tahu dimasukan dahulu ke dalam air, agar
antara satu tahu dan lainnya terpisah dengan sempurna.setelah itu tahu bisa
digoreng.
Dan menurut tempat pembuatan tahu yang kami
kunjungi, tahu tersebut digoreng dua kali secara berturut-turut. Tahu tersebut
digoreng di atas tungku api dengan suhu panas tinggi. Pada penggorengan
pertama, tahu dikatakan cukup apabila sudah mulai berubah warna. Dan pada
penggorengan kedua, tahu dikatakan cukup apabila kulit tahu mulai mengembang dank
keras.
0 comment:
Posting Komentar
Dengan senang hati kami menerima komentar dari para pembaca yang terhormat.
Komentar yang diberikan merupakan sebaik-baiknya masukan untuk blog ini kedepannya.