Minggu, 05 Juni 2016

TEROR DI BALIK TEROR


Proyek Terselubung Di Balik Terorisme


            Tepat pada 14 Januari 2016, masyarakat dibayangi rasa cemas akibat warta terjadinya bom dan aksi tembak-menembak di Sarinah, Thamrin, Jakarta. Maka tidak heran jika kasus yang memakan 36 korban luka-luka dan korban jiwa ini, menjadi topik utama pada hari itu.
Hal yang menarik di sini, dengan mudahnya aksi terorisme tersebut diidentikan dengan pergerakan islam radikal, bahkan hingga dikaitkan dengan keberadaan gerakan ISIS di Indonesia. Sehingga dalam kurun waktu yang begitu singkat, tersebarlah opini bahwa islam radikal merupakan sumber dari berbagai aksi terorisme. Bahkan tidak hanya aksi ‘terorisme’ di tahun ini, namun juga aksi-aksi teror sebelumnya.
Sehingga dampaknya, sadar maupun tidak, kaum muslimin seakan-akan terpecah menjadi dua kubu. Kubu pertama ialah kubu muslim radikal dan kubu lainnya ialah kubu islam moderat. Muslim radikal identik dengan mereka yang taat beribadah, selalu mengatasnamakan Allah dalam setiap hal, menghendaki formalitas syariah dalam negara, menghendaki islam sebagai dasar negara, membenci negara Amerika dan sekutunya, dan lain sebagainya. Dan kubu mereka itulah yang identik dengan aksi terorisme. Sedangkan kubu islam moderat sebaliknya, dan masyarakat yang awam otomatis menjadi bagian dari kubu tersebut. Hal tersebut karena adanya rasa takut secara psikologis terhadap keberadaan para teroris yang identik berasal dari kubu muslim radikal. Dan itulah yang saya sebut sebagai “teror di balik teror”.
Ya, teror di balik teror. Teror secara fisik, seperti halnya aksi bom, aksi penembakan dan semacamnya, hanya sebagai wasilah bagi teror yang sebenarnya, yakni teror psikologis bagi identitas dan kepercayaan diri seorang muslim. Coba renungkan. Pada kasus bom sarinah beberapa bulan lalu, korban jiwa maupun luka-luka tidak mencapai ratusan, bahkan 50 orang pun tidak. Berbeda jauh dengan korban yang ditelan oleh penyerangan Israel terhadap Palestina, kekerasan rezim al-Assad terhadap rakyat Suriah, inflasi Amerika terhadap Irak, yang mana memakan lebih dari ribuan korban jiwa. Itu artinya secara fisik, teror bom Sarinah tidak terlalu banyak memakan korban. Bukankah begitu?
Walaupun demikian, teror bom sarinah berhasil mencapai tujuan utamanya, yakni teror secara psikologis. Teror bagi kepercayaan diri dan identitas seluruh muslim, yang mana di Indonesia saja jumlahnya mencapai 200.000.000 jiwa. Dengan bantuan media massa yang kian canggih dan menggila, warta kasus ini mampu menanamkan opini buruk terhadap muslim radikal di tengah masyarakat awam. Singkatnya, menjamurlah opini bahwa islam radikal = terorisme.
Inilah proyek terselubung di balik aksi terorisme. Mereka yang berpegang teguh terhadap ajaran islam diidentikan dengan para teroris. Mereka yang menentang imperialisme Amerika dan sekutunya diidentikan dengan aksi terorisme. Dan inilah yang disebut sebagai proyek deradikalisasi. Yakni usaha untuk memperlunak orang-orang yang dicap sebagai kalangan radikal. Juga usaha untuk mencegah seluruh kaum muslimin menjadi seperti orang-orang yang dianggap radikal.
Perlu diketahui, selain mebelah kaum muslimin menjadi dua kubu, proyek deradikalisasi ini juga memberikan dampak lain terhadap masyarakat, baik itu kaum muslim maupun selainnya, yakni;
·         Membuat masyarakat lupa akan hakikat terorisme yang sesungguhnya
·         Melahirkan tafsiran yang menyimpang terhadap istilah syara (contoh; Jihad)
·         Melanggengkan penajajahan Barat terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
·         Semakin menjauhkan kaum muslimin dari penerapan agama di kehidupan sehari-hari (sekulerisasi)
·         Menghambat kebangkitan islam
Dapat disimpulkan bahwa saat ini teror secara fisik bukanlah teror yang utama. Berhati-hatilah, teror psikologis mengintai Anda, sebagai seorang muslim. Jangan terjebak oleh makar proyek deradikalisasi ala penjajahan Barat. Sesungguhnya mereka hanyalah takut akan kebangkitan islam. Menjadilah seorang muslim yang kuat, dan jangan bersikap lemah. Semoga islam bisa kembali diterapkan di tengah-tengah sendi kehidupan kita. Aamiiin...

Bandung, 10 Maret 2016

Salma Azizah Dzakiyyunnisa


0 comment:

Posting Komentar

Dengan senang hati kami menerima komentar dari para pembaca yang terhormat.
Komentar yang diberikan merupakan sebaik-baiknya masukan untuk blog ini kedepannya.

 

Catatan si Pengelana Template by Ipietoon Cute Blog Design