Proyek
Terselubung Di Balik Terorisme
Tepat pada 14
Januari 2016, masyarakat dibayangi rasa cemas akibat warta terjadinya bom dan
aksi tembak-menembak di Sarinah, Thamrin, Jakarta. Maka tidak heran jika kasus
yang memakan 36 korban luka-luka dan korban jiwa ini, menjadi topik utama pada
hari itu.
Hal yang menarik di sini, dengan mudahnya aksi terorisme tersebut
diidentikan dengan pergerakan islam radikal, bahkan hingga dikaitkan dengan
keberadaan gerakan ISIS di Indonesia. Sehingga dalam kurun waktu yang begitu
singkat, tersebarlah opini bahwa islam radikal merupakan sumber dari berbagai
aksi terorisme. Bahkan tidak hanya aksi ‘terorisme’ di tahun ini, namun juga
aksi-aksi teror sebelumnya.
Sehingga dampaknya, sadar maupun tidak, kaum muslimin seakan-akan
terpecah menjadi dua kubu. Kubu pertama ialah kubu muslim radikal dan kubu
lainnya ialah kubu islam moderat. Muslim radikal identik dengan mereka yang
taat beribadah, selalu mengatasnamakan Allah dalam setiap hal, menghendaki
formalitas syariah dalam negara, menghendaki islam sebagai dasar negara,
membenci negara Amerika dan sekutunya, dan lain sebagainya. Dan kubu mereka
itulah yang identik dengan aksi terorisme. Sedangkan kubu islam moderat sebaliknya,
dan masyarakat yang awam otomatis menjadi bagian dari kubu tersebut. Hal
tersebut karena adanya rasa takut secara psikologis terhadap keberadaan para
teroris yang identik berasal dari kubu muslim radikal. Dan itulah yang saya
sebut sebagai “teror di balik teror”.
Ya, teror di balik teror. Teror secara fisik, seperti halnya aksi
bom, aksi penembakan dan semacamnya, hanya sebagai wasilah bagi teror yang
sebenarnya, yakni teror psikologis bagi identitas dan kepercayaan diri seorang
muslim. Coba renungkan. Pada kasus bom sarinah beberapa bulan lalu, korban jiwa
maupun luka-luka tidak mencapai ratusan, bahkan 50 orang pun tidak. Berbeda
jauh dengan korban yang ditelan oleh penyerangan Israel terhadap Palestina,
kekerasan rezim al-Assad terhadap rakyat Suriah, inflasi Amerika terhadap Irak,
yang mana memakan lebih dari ribuan korban jiwa. Itu artinya secara fisik,
teror bom Sarinah tidak terlalu banyak memakan korban. Bukankah begitu?
Walaupun demikian, teror bom sarinah berhasil mencapai tujuan
utamanya, yakni teror secara psikologis. Teror bagi kepercayaan diri dan
identitas seluruh muslim, yang mana di Indonesia saja jumlahnya mencapai
200.000.000 jiwa. Dengan bantuan media massa yang kian canggih dan menggila,
warta kasus ini mampu menanamkan opini buruk terhadap muslim radikal di tengah
masyarakat awam. Singkatnya, menjamurlah opini bahwa islam radikal = terorisme.
Inilah proyek terselubung di balik aksi terorisme. Mereka yang
berpegang teguh terhadap ajaran islam diidentikan dengan para teroris. Mereka
yang menentang imperialisme Amerika dan sekutunya diidentikan dengan aksi
terorisme. Dan inilah yang disebut sebagai proyek deradikalisasi. Yakni usaha
untuk memperlunak orang-orang yang dicap sebagai kalangan radikal. Juga usaha
untuk mencegah seluruh kaum muslimin menjadi seperti orang-orang yang dianggap
radikal.
Perlu diketahui, selain mebelah kaum muslimin menjadi dua kubu,
proyek deradikalisasi ini juga memberikan dampak lain terhadap masyarakat, baik
itu kaum muslim maupun selainnya, yakni;
·
Membuat
masyarakat lupa akan hakikat terorisme yang sesungguhnya
·
Melahirkan
tafsiran yang menyimpang terhadap istilah syara (contoh; Jihad)
·
Melanggengkan
penajajahan Barat terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
·
Semakin
menjauhkan kaum muslimin dari penerapan agama di kehidupan sehari-hari
(sekulerisasi)
·
Menghambat
kebangkitan islam
Dapat disimpulkan bahwa saat ini teror secara fisik bukanlah teror
yang utama. Berhati-hatilah, teror psikologis mengintai Anda, sebagai seorang
muslim. Jangan terjebak oleh makar proyek deradikalisasi ala penjajahan Barat.
Sesungguhnya mereka hanyalah takut akan kebangkitan islam. Menjadilah seorang
muslim yang kuat, dan jangan bersikap lemah. Semoga islam bisa kembali
diterapkan di tengah-tengah sendi kehidupan kita. Aamiiin...
Bandung, 10
Maret 2016
0 comment:
Posting Komentar
Dengan senang hati kami menerima komentar dari para pembaca yang terhormat.
Komentar yang diberikan merupakan sebaik-baiknya masukan untuk blog ini kedepannya.