Selasa, 03 Mei 2016

Belajar dari Ikan Salmon


Apakah sobat kenal dengan ikan yang satu ini? Baiklah, saya rasa kita harus mengintip profil ikan salmon terlebih dahulu. Setuju? Cekidot...
Ohya sebelumnya, sobat jangan membayangkan ikan Salmon seperti hiu yang mengerikan, atau piranha yang super rakus, atau paus yang besarnya sangat luar biasa. Sobat juga jangan membayangkan ikan Salmon itu ikan milik saya, mentang-mentang nama saya Salma (lho??).
Ikan Salmon menurut saya adalah ikan yang super unik. Mengapa? Dalam siklus hidupnya, ikan Salmon hidup di dua jenis air, yakni air asin dan air tawar. Penasaran? Yuk Ikuti lebih lanjut..
Bagi ikan Salmon, sungai adalah tempat kelahiran dan tempat mereka kembali kepada Yang Maha Pencipta. Sebagai sosok yatim piatu, telur ikan Salmon menetas di antara tumpukan kerikil dasar sungai. Bahkan, dari seluruh jumlah telur yang ada, hanya sekitar setengahnya yang berhasil menetas. Miris sekali bukan? Namun begitulah kenyataannya. Salmon kecil akan terus hidup di antara tumpukan kerikil, dengan memakan plankton yang tersedia. Setelah 6-7 bulan menjalani hidup di antara tumpukan kerikil, ikan Salmon kecil mulai keluar ke dasar sungai.

Setelah sukses beradaptasi dengan lingkungan, ikan Salmon balita mulai menempuh petualangannya menuju laut lepas. Dan luar biasanya, perjalanan yang harus Salmon balita tempuh mencapai ribuan kilometer! Subhanallah, bisa dibayangkan bukan, begitu besar panjang perjalanan yang harus mereka tempuh.
Belum cukup sampai di sana. Ketika ikan Salmon remaja sukses menempuh perjalanan, mereka harus kuat menghadapi kerasnya kehidupan. Ribuan macam predator senantiasa mengintai mereka. Ada anjing laut sebagai ancaman terbesar, kemudian singa laut, beruang, burung, bahkan manusia.



Setelah di laut selama 4-7 tahun, ikan Salmon dewasa harus kembali ke sungai, persis di mana dulu mereka menetas. Biasanya ikan Salmon yang sudah siap berkembang biak akan membuat sebuah koloni untuk bersama-sama ke sungai. Bayangkan saja, mereka harus kembali menempuh perjalanan ribuan kilometer. Melawan arus sungai yang seringkali deras. Melompati banyak undakan-undakan bebatuan dan juga air terjun. Melewati dam-dam pembangkit listrik tenaga air. Belum lagi di sana terdapat banyak beruang lapar yang menanti. Dan bayangkan sobat, mereka harus melalui perjalanan panjang itu dalam keadaan berpuasa, alias sama sekali tidak makan. Wajar saja, jika selama perjalanan berat tubuh mereka bisa menurun hingga sepertiga dari seluruh berat semula.
Dalam perjalanan panjang ini, banyak sekali ikan Salmon yang mengalami luka sayatan di sekujur tubuhnya. Bahkan banyak juga di antara mereka yang mati di tengah perjalanan, di tengah perjuangan. Entah itu karena kehabisan energi, dimangsa predator, atau gagal dalam menaklukan arus dan air terjun.
Beberapa hari setelah induk ikan Salmon menunggui lubang telurnya, mereka akan mati begitu saja. Wajar saja bukan? Setelah menempuh perjalanan panjang yang mematikan tanpa sepeser pun makanan, tentu energi yang mereka miliki lama-kelamaan akan habis.
Begitulah ikan Salmon mengukir kisah siklus hidup yang mengharukan. Dilahirkan sebagai yatim piatu. Ditakdirkan untuk berjuang menghadapi rintangan hidup di usia dini, ‘sendirian’ tanpa orang tua. Ditakdirkan untuk menghindari ribuan predator yang mengerikan. Juga ditakdirkan untuk ‘pulang’ ke tempat asalanya, meski itu artinya kembali menalami kisah perjuangannya di beberapa tahun silam, bahkan lebih berat dari itu. Karena untuk perjuangan kali ini, mereka tidak cukup sekedar mengikuti ‘arus’ yang ada, namun harus melawannya. Dan dengan melakukan perjuangan yang satu ini, itu sama saja artinya mereka meninggalkan lautan samudera yang menjanjikan keindahan, untuk selamanya. Dalam rangka menjemput kematian yang hadir di depan mata.
Ikan Salmon mengjarkan pada kita bahwa hidup adalah perjuangan; diawali dengan perjuangan, dihiasi dengan perjuangan dan ditutup dengan perjuangan. Meski perjuangan itu harus berujung kepada kematian dan kembali kepada-Nya. Perjuangan dalam rangka menggapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Pencipta. Sobat tentu ingat firman-Nya dalam Al-Qur’an,
“Dan tidaklah Aku menciptakan manusia dan jinn selain untuk beribadah kepada-Ku”.
Yups, betul sekali. Kita sebagai manusia diciptakan oleh-Nya sebagai hamba. Dan jelas, bahwa kita diciptakan di bumi ini untuk beribadah kepada-Nya. Tapi yang perlu digarisbawahi di sini sobat, tentu beribadah yang dimaksud di sini tidak sebatas melakukan ibadah ritual; seperti sholat, dzikir, puasa, haji dan lain sebagainya. Ibadah-ibadah ritual tersebut hakikatnya hanyalah sebagian kecil dari beribadah yang dimaksud. Karena beribadah yang dimaksud di sini bermakna luas, yakni menjalankan seluruh apa yang diperintahkannya dan menjauhi seluruh apa yang dilarangnya.
Yakninlah kita bisa melakukannya, meski satu tahap demi satu tahap. Tentu, kita tidak mau kan kalah dengan sosok ikan Salmon? J
Ikan Salmon juga mengajarkan kepada kita bahwa hidup itu membutuhkan pengorbanan. Bayangkan saja bila ikan Salmon menjadi egois, enggan kembali ke sungai untuk bereproduksi. Tentu yang akan terjadi adalah kepunahan, bukankah begitu? Bila sudah terjadi kepunahan, bukan saja kalangan ikan Salmon yang mengalami kerugian, namun juga hewan lainnya. Karena kepunahan satu mata rantai makanan dapat merusak ekosistem yang ada. Saya yakin lah, sobat pasti sudah faham dengan konsep ini.
Lantas mengapa masih banyak manusia yang enggan untuk peduli dan memilih menjadi egois? Mengapa masih banyak manusia yang lebih mementingakan kepentingan pribadi? Mengapa banyak manusia yang enggan menjadi sosok yang bermanfaat bagi masyarakat, bagi manusia lainnya? Di mana akal yang telah Allah anugerahkan? Apakah masih banyak manusia yang lebih buruk dari ikan Salmon yang tidak berakal?
Mari kita kembali ingat firman Allah dalam Al-Qur’an,
“dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S al-A’raf:179)
Apakah dirimu telah benar-benar berjuang di jalan-Nya? Apakah perjuanganmu sudah lebih berat dari perjuangan ikan salmon? Apakah dalam perjuanganmu nyawa sudah menjadi taruhan yang pasti?
Sebesar apakah pengorbanan yang telah engkau lakukan, setidaknya untuk keuarga dan orang-orang yang ada di sekitarmu? Apakah kiranya dalam dirimu sudah ada rasa peduli, atau malah didominasi oleh egois? Apakah dirimu sudah bermanfaat bagi yang lain?
Semoga hal ini bisa menjadi renungan kita bersama.

Terimakasih sudah membaca J

0 comment:

Posting Komentar

Dengan senang hati kami menerima komentar dari para pembaca yang terhormat.
Komentar yang diberikan merupakan sebaik-baiknya masukan untuk blog ini kedepannya.

 

Catatan si Pengelana Template by Ipietoon Cute Blog Design